NAPAK TILAS PERANG PUPUTAN BAYU TAHUN 2013

SONGGON - Ribuan orang napak tilas menyusuri sepanjang jalur perang Puputan Bayu, Minggu (29/12). Menempuh jarak 7 Km yang terdiri atas 2 Km jalan aspal dan 5 Km jalan setapak di tengah hutan mulai dari Lapangan Sragi hingga Rowo Bayu, seluruh peserta terlihat bersemangat dan menikmati sepanjan peran serta seluruh peserta yang berasal dari berbagai elemen, mulai dari dinas/instansi, pelajar, mahasiswa dan umum. "Kita bisa memaknai napak tilas ini sebagai upaya meningkatkan semangat dan jiwa patriotisme dengan cara yang lain," ujar Bupati Anas yang dalam kesempatan itu didampingi anggota Forum Pimpinan Daerah, pejabat komponen Pemkab Banyuwangi,  para kepala SKPD dan camat.        
Seolah tak mau melewatkan moment bersejarah ini, seluruh warga desa yang tempat tinggalnya dilalui peserta napak tilas dengan sukarela menyediakan makanan dan minuman di tepi-tepi jalan. Juga menyalakan berbagai musik untuk makin menyemarakkan suasana. Menariknya, Bupati Anas beserta rombongan juga ikut berjalan bersama peserta sejauh 1 Km.                  
Perlu diketahui, perang besar-besaran di daerah Bayu yang dinamakan perang Puputan Bayu  terjadi pada tahun 1771 - 1772.  Bangsa Belanda meyakini perang ini sebagai perang yang paling kejam dan meminta banyak korban jiwa. Orang Blambangan yang tak rela tanahnya diinjak-injak penjajah, berbekal pedang dan  tombak di tangan, berusaha mempertahankan wilayahnya sekuat tenaga.
Pada tanggal 17 Desember 1771, VOC mendatangkan tentaranya dari Batavia, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan  semua adipati taklukannya di pesisir timur Jawa Timur termasuk Madura. Ada 10 ribu tentara VOC yang datang ke Blambangan. Perang yang terjadi mengakibatkan Pangeran Jogopati, Patih Jaga Lara, Sayu Wiwit dan hampir semua pasukan gugur. Banyak kepala pejuang Blambangan terpisah dari lehernya serta  dipajang di turus-turus pagar dan digantung di pepohonan. Sebanyak 60 ribu rakyat Blambangan gugur, padahal jumlah penduduk Blambangan ketika itu tak lebih dari 65 ribu orang.
Meski begitu, pejuang Blambangan terus berjuang merangsek maju, menyebabkan tentara Belanda ciut nyali. Banyak dari mereka yang kemudian meregang nyawa. Benteng-benteng musuh digempur hingga tak ada yang tersisa. Akhirnya, berdasarkan  cerita tersebut, DPRD Banyuwangi pada sidangnya tanggal 9 Mei 1995 lewat cara aklamasi menetapkan 18 Desember sebagai hari jadi Banyuwangi. (Humas & Protokol).

0 komentar:

Posting Komentar

Temukan disini

Diberdayakan oleh Blogger.